Rabu, 09 Desember 2015

Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

PENDAHULUAN

            Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Hal ini tentunya sangat memprihatinkan. Tingkat kepedulian dunia usaha terhadap K3 masih rendah. Padahal karyawan adalah aset penting perusahaan.
Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, masalah keamanan dan keselamatan kerja merupakan faktor penting yang harus menjadi perhatian utama semua pihak. Kerberhasilan kita dalam melaksanakan pekerjaan tidak hanya diukur dari selesainya pekerjaan tersebut. Banyak hal yang dijadikan sebagai parameter penilaian terhadap keberhasilan suatu pekerjaan. Pekerjaan dinilai berhasil apabila keamanan dan keselamatan semua sumber daya yang ada terjamin, dapat diselesaikan tepat waktu atau bahkan bisa lebih cepat dari waktu yang ditentukan, memberikan keuntungan bagi perusahaan, memberikan kepuasan kepada semua pihak (pimpinan, karyawan dan pemberi kerja).
Masalah keamanan dan keselamatan kerja menjadi sangat penting, karena dengan terwujudnya keamanan dan keselamatan kerja bearti dapat menekan biaya operasional pekerjaan. Apabila dalam melaksanakan pekerjaan terjadi kecelakaaan, maka akan bertambah biaya pengeluaran, yang pada akhirnya mengurangi keuntungan perusahaan. Dalam kasus kecelakan yang berat, kerugian yang ditimbulkan tidak hanya menyangkut aspek financial (dana), tetapi bisa menyebabkan cacat pada pekerja bahkan mungkin meninggal dunia.
Jumlah kecelakaan kerja yang tercatat juga ditengarai tidak menggambarkan kenyataan di lapangan yang sesungguhnya yaitu tingkat kecelakaan kerja yang lebih tinggi lagi. Seperti diakui oleh berbagai kalangan di lingkungan Departemen Tenaga Kerja, angka kecelakaan kerja yang tercatat dicurigai hanya mewakili tidak lebih dari setengah saja dari angka kecelakaan kerja yang terjadi. Hal ini disebabkan oleh beberapa masalah, antara lain rendahnya kepentingan masyarakat untuk melaporkan kecelakaan kerja kepada pihak yang berwenang, khususnya PT. Jamsostek. Pelaporan kecelakaan kerja sebenarnya diwajibkan oleh undang-undang, namun terdapat dua hal penghalang yaitu prosedur administrasi yang dianggap merepotkan dan nilai klaim asuransi tenaga kerja yang kurang memadai. Di samping itu, sanksi bagi perusahaan yang tidak melaporkan kasus kecelakaan kerja sangat ringan.
Sebagian besar dari kasus-kasus kecelakaan kerja terjadi pada kelompok usia produktif. Kematian merupakan akibat dari kecelakaan kerja yang tidak dapat diukur nilainya secara ekonomis. Kecelakaan kerja yang mengakibatkan cacat seumur hidup, di samping berdampak pada kerugian non-materil, juga menimbulkan kerugian material yang sangat besar, bahkan lebih besar bila dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan oleh penderita penyakit-penyakit serius seperti penyakit jantung dan kanker.
Rumusan Masalah
Apa saja masalah kesehatan dan keselamatan kerja bagi tenaga kesehatan dan pencegahannya ?
Tujuan
Untuk mengetahui masalah kesehatan dan keselamatan kerja bagi tenaga kesehatan dan pencegahannya.
PEMBAHASAN
Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini Dosen, Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya pekerjaan (akibat kerja), Seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau khronis (sementara atau berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung.Kesehatan masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan gangguan tingkat produktifitas, kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat timbul akibat pekerjaanya.  (Sardjito, 2011)
Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja. (Sardjito, 2011)


Tujuan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat diduga. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja, atau perbuatan yang tidak selamat. Kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka lahirlah keselamatan dan kesehatan kerja yang mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan atau mengadakan pengawasan yang ketat. (Nuraini, 2012).
Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak. (Nuraini, 2012).
Tujuan kesehatan kerja adalah :
1.    Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun kesehatan sosial.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.

3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan olek faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya. Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubunganya dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang meliputi, antara lain: metode bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang mungkin dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari kesehatan seseorang.  (Nuraini, 2012).


Masalah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja yang dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat ketidak serasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. (Sardjito, 2012).
1.      Kapasitas Kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30– 40% masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan non kesehatan yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam melakukan tugasnya mungkin sering mendapat kendala terutama menyangkut masalah PAHK dan kecelakaan kerja.
2.      Beban Kerja
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis beroperasi 8 - 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilirdan tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.
3.      Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi kesehatan kerja dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident), Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work Related Diseases).
(Sardjito, 2012).

Identifikasi Masalah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Bagi Tenaga Kesehatan Dan Pencegahannya
Menurut Sardjito (2012), kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat. Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu :
a.       Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban pasien
b.       Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban petugas laboratorium itu sendiri.
Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dalam kelompok :
1.      Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari:
a.       Peralatan / Media Elektronik, Bahan dan lain-lain
b.       Lingkungan kerja
c.        Proses kerja
d.       Sifat pekerjaan
e.        Cara kerja
2.      Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia, yang dapat terjadi antara lain karena:
a.       Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana
b.       Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)
c.        Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh.
d.       Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik
Kesimpulan
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.

DAFTAR PUSTAKA

Selasa, 24 November 2015

SISTEM JAMINAN KUALITAS

SISTEM JAMINAN KUALITAS

Kualitas pada prinsipnya adalah untuk menjaga janji pelanggan agar pihak yang dilayani merasa puas dan diungkapkan. Kulaitas memiliki hubungan yang sangat erat dengan kepuasan pelanggan, yaitu kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalani ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan saksama harapan pelanggan serta kebutuhan mereka. Dengan demikian, perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, yang pada gilirannya kepuasan pelanggan dapat menciptakan kesetiaan atau loyalitas pelanggan kepada perusahaan yang memberikan kualitas memuaskan. Menurut Gaspersz yang dikutip Lukman (1999:146) pada dasarnya sistem kualitas modern dapat dicirikan oleh lima karakteristik, yaitu sebagai berikut.
·         Sistem kualitas modern berorientasi pada pelanggan yang berarti produk produk didesain sesuai dengan keinginan pelanggan melalui suatu riset pasar kemudian diproduksi dengan baik dan benar sehingga memenuhi spesifikasi desain yang pada akhirnya memberikan pelayanan purnajual kepada pelanggan.
·         Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya partisipasi aktif yang dipimpin oleh manajemen puncak dalam proses peningkatan kualitas secara terus menerus.
·         Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya pemahaman dari setiap orang terhadap tanggung jawab spesifik untuk kualitas.
·         Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya aktivitas yang berorientasi pada tindakan pencegahan kerusakan, tidak berfokus pada upaya untuk mendeteksi kerusakan saja.
·         Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya suatu filosofi yang menganggap bahwa kualitas merupakan jalan hidup.
Menurut Gaspersz (2001), Sistem manajemen kualitas (QMS) merupakan sekumpulan prosedur terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk manajemen sistem yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang dan atau jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu. Kebutuhan atau persyaratan itu ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan dan organisasi.
Sistem manajemen kualitas mendefinisikan bagaimana organisasi menerapkan praktek-praktek manajemen kualitas secara konsisten untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan pasar. Terdapat beberapa karakteristik umum dari sistem manajemen kualitas, antara lain sebagai berikut (Gaspersz, 2001, pp.10-11):
·         Sistem manajemen kualitas mencakup suatu lingkup yang luas dari aktivitas-aktivitas dalam organisasi modern. Kualitas dapat didefinisikan melalui lima pendekatan utama, antara lain sebagai berikut: transcendent quality yaitu suatu kondisi ideal menuju keunggulan; product based quality yaitu suatu atribut produk yang memenuhi kualitas; user based quality yaitu kesesuaian atau ketepatan dalam penggunaan produk; manufacturing based quality yaitu kesesuaian terhadap persyaratan-persyaratan standar; value based quality yaitu derajat keunggulan pada tingkat harga yang kompetitif.
·         Sistem manajemen kualitas berfokus pada konsistensi dari proses kerja. Hal ini sering mencakup beberapa tingkat dokumentasi terhadap standar-standar kerja.
·         Sistem manajemen kualitas berlandaskan pada pencegahan kesalahan sehingga bersifat proaktif, bukan pada deteksi kesalahan yang bersifat reaktif. Patut diakui pula bahwa banyak sistem manajemen kualitas tidak akan efektif sepenuhnya pada pencegahan semata, sehingga sistem manajemen kualitas juga harus berlandaskan pada tindakan korektif terhadap masalah-masalah yang ditemukan. Dalam kaitan dengan hal ini, sistem manajemen kualitas merupakan suatu closed loop system yang mencakup deteksi, umpan balik, dan korelasi. Proporsi terbesar harus diarahkan pada pencegahan kesalahan sejak tahap awal.
·         Sistem manajemen kualitas mencakup elemen-elemen:
a.       tujuan (objectives)
b.      pelanggan (customer)
c.       hasil-hasil (outputs)
d.      proses-proses (processes)
e.       masukan-masukan (inputs)
f.       pemasok (suppliers)
g.      pengukuran untuk umpan balik dan umpan maju (measurement for feedback and feedforward).
Tahapan Penerapan Sistem manajemen Kualitas. Terdapat beberapa tahapan dalam menerapkan suatu sistem manajemen kualitas, antara lain sebagai berikut (Gaspersz, 2001, pp. 11-17):
1.      Memutuskan untuk mengadopsi suatu standar sistem manajemen mutu yang akan diterapkan.
2.      Menetapkan suatu komitmen pada tingkat pemimpin senior dari organisasi
3.      Menetapkan suatu kelompok kerja atau komite pengaruh yang terdiri dari manajer-manajer senior.
4.      Menugaskan wakil manajemen (management representative).
5.      Menetapkan tujuan-tujuan kualitas dan implementasi sistem
6.      Meninjau ulang sistem manajemen kualitas yang sekarang.
7.      Mendefinisikan struktur organisasi dan tanggung jawab.
8.      Menciptakan kesadaran kualitas (quality awareness) pada semua tingkat dalam organisasi.
9.      Mengembangkan peninjauan ulang dari sistem manajemen kualitas dalam manual kualitas (buku panduan).
10.  Menyepakati bahwa fungsi-fungsi dan aktivitas dikendalikan oleh prosedur-prosedur.
11.  Mendokumentasikan aktivitas terperinci dalam prosedur operasional atau prosedur terperinci.
12.  Memperkenalkan dokumentasi.
13.  Menetapkan partisipasi karyawan dan pelatihan dalam sistem.
14.  Meninjau ulang dan melakukan audit sistem manajemen kualitas.
Ada tiga alasan kualitas merupakan sesuatu yang penting yaitu:
1.      Reputasi perusahaan
2.      Keandalan produk
3.      Keterlibatan global




Ada empat kategori biaya kualitas yang disebut cost of quality yaitu:
1.      Prevention cost
Biaya yang terkait dengan pengurangan komponen atau jasa yang rusak, contoh: peletihan, program peningkatan kualitas.
2.      Appraisal cost
Biaya yang dikaitkan dengan proses evaluasi produk, proses, komponen dan jasa, contoh: biay apercobaan, laboratorium, pengujian.
3.      Internal failure
Biaya yang diakibatkan proses produksi yang menyebabkan kerusakan sebelum dikirim ke konsumen, contoh: rework, scrap, downtime.
4.      External failure
Biaya yang terjadi setelah pengiriman produk ke konsumen, contoh: retur, biaya social.
Standar kualitas tunggal (Single Quality Standard) adapun yang telah ada diantaranya:
ISO 9000 yang memfokuskan standar kualitas pada prosedur manajemen, kepemimpinan, dokumentasi secara rinci, instruksi kerja dan pelaporan.
1.      ISO 9001 : terdiri dari 2.000 komponen untuk melihat kualitas. Dimana sistem manajemen kualitas berupa struktur organisasi, tanggung jwab, prosedur-prosedur, proses-proses dan sumber daya untuk penerapan manajemen kualitas. Model proses sistem manajement kualitas ISO 9001:2000 digambarkan sebagai berikut :




Dimana dalam klaususlnya membahas beberapa hal yang ditunjukkan keterkaitannya dengan gambar berikut :



2.      ISO 14000 yangg memasukkan unsure standar manajemen lingkungan yang berisi lima elemen dasar yaitu:
a. Manajemen lingkungan
b. Auditing
c. Evaluasi kinerja
d. Pelabelan
e. Penaksiran siklus hidup
Keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan standar kualitas tersebut diantaranya adalah:
1.      Citra positif dari masyarakat dan mengurangi eksploitasi pada pertanggung jawaban.
2.      Pendekatan sistimatis yang bagus pada pencegahan terhadap polusimelalui minimisasi dampak ekologi pada produk dan aktifitas.
3.      Memenuhi ketentuan yang berlaku dan kesempatan memeperoleh keunggulan bersaing.
4.      Mengurangi kebutuhan audit yang bermacam-macam.

Sistem kualitas modern berorientasi pada pelanggan. Produk-produk di disain sesuai dengan keinginan pelanggan melalui suatu riset pasar, kemudian diproduksi dengan cara-cara yang bai dan benar sehingga produk yang dihasilkan memenuhi spesifikasi disain, serta pada akhirnya memberikan pelayanan purna jual kepada pelanggan.
Dalam sistem kualitas modern, praktek dari setiap departemen dalam mengoptimumkan aktivitas operasionalnya tanpa mempedulikan kebutuhan dari departemen lain dalam perusahaan tidak dapat diterima atau tidak dibenarkan. Dalam sistem kualitas modern, setiap orang harus menggunakan konsep berpikir sistem yang secara serius dan benar memperhatikan berlakunya prinsip hubungan pemasok-pelanggan.
·         Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya partisipasi aktif yang dipimpin oleh manajemen puncak (top management) dalam proses peningkatan kualitas secara terus-menerus.
Jika tanggung jawab untuk kualitas di delegasikan kepada Departemen Jaminan Kualitas saja. Setiap orang dalam perusahaan akan memiliki persepsi bahwa kualitas bukan merupakan perhatian kunci. Hal ini berdampak negatif secara psikologis, dimana keterlibatan secara total dan aktif dari orang-orang dalam perusahaan menjadi kurang atau lemah. Dengan demikian, dalam sistem kualitas modern, setiap orang dalam perusahaan harus terlibat aktif melalui usaha atau dukungan dari manajemen puncak terhadap kualitas. Banyak pekerja ingin melakukan pekerjaan dengan baik, ingin menghasilkan produk yang berkualitas, ingin memberikan pelayanan yang berkualitas, dan ingin menjadi bangga terhadap apa yang mereka kerjakan, tetapi ”irama” harus ditentukan oleh manajemen sebagai pemimpin dalam perusahaan itu. Jika kualitas tidak termaksud dalam agenda pihak manajemen, keadaan itu tidak akan memberikan motivasi kepada pekerja untuk memberikan usaha dan perhatian kepada kualitas.
·         Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya pemahaman dari setiap orang terhadap tanggung jawab spesifik untuk kualitas.
Meskipun kualitas seharusnya merupakan tanggung jawab setiap orang, namun patut pula diketahui bahwa setiap orang memiliki tanggung jawab berbeda, tergantung pada posisi kerjanya dalam perusahaan. Dengan demikian tanggung jawab yang spesifik terhadap kualitas perlu diketahui oleh setiap orang dalam posisi kerjanya.
Contohnya: orang-orang yang bekerja dalam Pengembangan Produk (Product Development) bertanggung jawab untuk merancang produk baru yang memenuhi keinginan pelanggan dan secara konsisiten memperhatikan aspek ekonomisnya agar dapat diproduksi oleh Bagian Produksi. Dalam contoh ini, Bagian Produksi merupakan pelanggan dari Bagian Pengembangan Produk. Begitu juga tanggung jawab Bagian Pembelian, tidak harus membeli material hanya berdasarkan pada harga material itu saja atau hanya berdasarkan pada waktu penyerahan saja, tetapi harus mempertimbangkan aspek-aspek kualitas yang lain. Dalam sistem kualitas modern, manajemen puncak harus menunjukkan komitmen melalui kata dan tindakan bahwa kualitas adalah teramat penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.
·         Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya aktivitas yang berorientasi pada tindakan pencegahan kerusakan, bukan berfokus pada upaya untuk mendeteksi kerusakan saja.
Kualitas melalui inspeksi saja adalah tidak cukup dan hal itu terlalu mahal. Meskipun tetap menjadi persyaratan untuk melakukan beberapa inspeksi singkat atau audit terhadap produk akhir, tetapi usaha kualitas dari perusahaan seharusnya lebih difokuskan pada tindakan pencegahan sebelum terjadinya kerusakan dengan jalan melaksanakan aktivitas secara baik dan benar pada waktu pertama kali mulai melaksanakan sesuatu aktivitas. Dengan melaksanakan prinsip ini, usaha peningkatan kualitas akan mampu mengurangi ongkos produksi.
·         Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya suatu filosofi yang menganggap bahwa kualitas merupakan ”jalan hidup”.
Isu-isu tentang kualitas selalu didiskusikan dalam pertemuan manajemen. Semua karyawan diberikan pelatihan (training) tentang konsep-konsep kualitas beserta metodenya. Setiap orang dalam perusahaan secara sukarela berpartisipasi dalam usaha-usaha peningkatan kualitas. Dengan demikian, sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya kultur perusahaan yang melaksanakan proses peningkatan kualitas secara terus-menerus.
Pada dasarnya sistem kualitas modern dapat dibagi menjadi tiga bagian:
1.      Kualitas disain
Pada dasarnya mengacu kepada aktivitas yang menjamin bahwa produk baru, atau produk yang dimodifikasi, di desain sedemikian rupa untuk memenuhi keinginan dan harapan pelanggan serta secara ekonomis layak untuk diproduksi atau dikerjakan. Dengan demikian kualitas disain adalah kualitas yang direncanakan. Kualitas disain itu menentukan spesifikasi produk dan merupakan dasar pembuatan keputusan yang berkaitan dengan segmen pasar, spesifikasi penggunaan serta pelayanan purna jual. Kualitas disain pada umumnya merupakan tanggung jawab dari Bagian Riset dan Pengembangan (R&D), Rekayasa Proses (Process Engineering), Riset Pasar (Market Research) dan bagian-bagian lain yang berkaitan.
2.      Kualitas konformansi
Mengacu kepada pembuatan produk atau pemberian jasa pelayanan yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya pada tahap disain itu. Dengan demikian kualitas konformansi menunjukkan tingkat sejauh mana produk yang dibuat memenuhi atau sesuai dengan spesifikasi produk. Pada umumnya Bagian-Bagian Produksi, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Pembelian dan Pengiriman memiliki tanggung jawab utama untuk kualitas konformasi itu.
3.      Kualitas pemasaran dan pelayanan purna jual
Berkaitan dengan tingkat sejauh mana dalam menggunakan produk itu memenuhi ketentuan-ketentuan dasar tentang pemasaran, pemeliharaan dan pelayanan purna jual.

Mekanisme untuk Memahami Pelanggan

Pelanggan adalah orang yang menuntut untuk memenuhi suatu standart kualitas dan memiliki pengaruh terhadap performansi perusahaan. Pada system kualitas modern pelanggan terbagi menjadi 3 jenis :



Pendefinisian pelanggan ini harus dilakukan terlebih dahulu sehingga dapat menentukan keinginan konsumen mana yang digunakan. Karena konsepnya adalah memenuhi kepuasan pelanggan maka harus :
1.      Dilakukan pendefinisan dahulu kepuasan konsumen meliputi apa keinginan, kebutuhan dan harapan pelanggan.
2.      Memahami ekspektasi pelanggan, yang meliputi kharakteristik produk yang diingikan pelanggan, serta performasi yang dapat dilakukan untuk memenuhi ekspektasi pelanggan





Selanjutnya dilakukan pengurutan prioritas dari setiap kharakteristik dengan Quality Function Development (QFD). Dimana dengan metode ini memilah dan mengurutkan kharakteristik kualitas yang diinginkan pelanggan.
3.      Memahami ekspektasi pelanggan, tahapan ini terbagi menjadi beberapa level sebagai berikut :



Untuk memahami level ke-3 diperlukan sebuah proses yang disebut benchmarking dimana menilai perusahaan lain yang sejenis untuk sebagai pembanding dan akan memunculkan yang terbaik yaitu best practice.

Pengukuran Performansi Kualitas
Pengukuran kualitas dilakukan dengan melakukan pengukuran terhadap tiga hal yaitu :
a.       Pengukuran tingkat proses, dengan mengukur setiap langkah atau akativitas dalam proses dan kharakteristik input yang diberikan oleh pemasok. Dengan tujuan pengukuran ini untuk mengidentifikasi perilaku yang mengatur setiap langkah dalam proses, mengukur ukuran untuk menggendalikan operasi, dll.
b.      Pengukuran tingkat output, membandingkan output yang dihasilkan dengan spesifikasi yang ditentukan pelanggan
c.       Pengukuran tingkat outcome, mengukura bagaimana baiknya suatu produk memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan dengan mengukur kepuasan pelanggan setelah memgkonsumi produk yang dibeli. (pengukuran tertinggi).
Dalam system kualitas modern pengukuran performansi kualitas terbagi menjadi 4 dimensi yaitu :
-  Pelanggan, dengan mengukur kepuasan pelanggan dan kahrakteristik yang diinginkan
- Pemegang saham (pemilik dan pimpinan perusahaan) dengan mengukur indicator keuangan dan sasaran/tujuan yang didefinisikan manajemen.
- Karyawan/pekerja meliputi ukuran kepuasan karyawan dan factor-faktor yang berkontribusi pada kepuasan karyawan.
- Masyarakat (pemerintah, akademisi, media massa, professional, dan lembaga pelayanan social) meliputi keseuaian dengan peraturan yang ada serta faltor-fakto yang berdampak pada masayarak.
Langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan riset kepuasan pelanggan yaitu :



Aplikasi Konsep Total Quality dalam Bidang Manajemen Pemasaran, SDM dan Akutansi
a.      Konsep Total quality pada marketing (TQM)
Konsepnya dikenal dengan konsep market-in yang diartikan sebagai menciptakan produk-produk yang mampu memberikan nilai kepuasan bagi pelanggan. Konsep ini dijalankan dengan beberapat konsep  menurut stowell 1995:
1.      Komitmen eksekutif
2.      Mendengar pelanggan
3.      Pendekatan tim kerjasama
4.      Berfokus pada proses
5.      Berorganisasi terbuka

b.      Konsep total quality pada HRD (TQHRD)
Konsep yang digunakan untuk mengembangan ini sering disebut dengan EI (employee involvement) yang terdiri dari 3 elemen kunci :
1.      Tanggung jawab karyawan (bertanggung jwab atas pekerjaan)
2.      Tanggung jawab management (menciptakan situasi)
3.      Implikasi Organisasi (aplikasi pada oragnisasi)

c.       Kosep total quality pada accounting
Sebuah metode yang berfungsi untuk menghasilkan infiormasi-informasi biaya-biaya kualitas yang dibutuhkan manager. Untuk menjalankan program ini diperlukan reduksi cost dengan melalui 4 tahapan yaitu : pengukuran biaya, evaluasi biaya, perencanaan program reduksi biaya, dan reduksi biaya terus-menerus.

CONTOH
Kami mengambil contoh dari jurnal milik Hadi Firmansyah jurusan teknik industri Universitas Gunadarma dengan judul “Analisis Terhadap Penerapan ISO 9001:2000 dalam kaitannya dengan produktivitas dan kepuasan pelanggan.” Menurut W. Edwards Deming seperti dikutip Gaspersz (1997), berpendapat bahwa untuk membangun sistem kualitas modern diperlukan transformasi manajemen menuju kondisi perbaikan secara terus menerus (continous improvement).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa dalam penerapan ISO9001:2000 yang berfokus pada proses dan pelanggan dengan sasaran perbaikan terus-menerus dan kepuasan pelanggan. Dan dengan melalui beberapa pendekatan atau metodemetode yang digunakan, maka kesimpulan yang didapat berdasarkan analisis adalah sebagai berikut. Setelah perusahaan menerapkan ISO 9001:2000, awal tahun 2001 mengalami peningkatan yang cukup baik tiap tahunnya. Dengan semakin rendahnya produk waste yang dihasilkan dan komplain pelanggan yang semakin menurun. Namun permasalahan yang menjadi kendala dalam proses peningkatan atau perbaikan terus menerus adalah karena kurangnya tindakan untuk perawatan preventif, terbatasnya sumber daya manusia yang ada, dan motivasi karyawan akan pentingnya kualitas masih rendah. Alternatif perbaikan yang harus dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan sedini mungkin tindakan perawatan preventif, menambah sumber daya manusia yang ada pada bagian proses drawline, dan dilakukannya pelatihan-pelatihan atau adanya kompetisi antar karyawan untuk menumbuhkan arti pentingnya kualitas terhadap produk. Saran yang dapat di berikan pada perusahaan untuk perbaikan adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan harus selalu melakukan perbaikan- perbaikan untuk menjaga agar proses dapat berjalan lancar dan kualitas tetap terjaga. 2. Perawatan preventif terhadap mesin-mesin atau alat-alat sangat mempengaruhi keberlangsungan proses dan kepuasan pelanggan. 3. Pelatihan dan kompetisi antar bagian dapat meningkatkan motivasi kerja dan memberi pemahaman yang baik untuk tercapainya kualitas.
DAFTAR PUSTAKA